.

Minggu, 18 September 2011

Promosi Cara Sederhana


Untuk apa kita melakukan promosi?
Kita melakukan promosi pada:
  • Keluarga untuk mendapatkan perhatian, rasa cinta dan kasih sayang
  • Perusahaan untuk peningkatan karir, jabatan, dan penghasilan (kesejahteraan)
  • Bisnis kita untuk mendapatkan laba (keuntungan) dan sustainability (agar panjang umur)
  •  Masyarakat agar kita dihargai, dihormati dan disegani (bukan untuk ditakuti tentunya)

Apakah cuma itu?
Tentu tidak, kita bisa dan wajib mempromosikan produk kita, brand kita, nama kita, tempat dan lokasi kita (jika kita memiliki bisnis dan usaha), organisasi kita, dan sebagainya.

Bagaimana cara sederhana mempromosikan itu semua?

Berpromosi pada keluarga kita cukup mudah, …
  • Berikan perhatian dan tunjukkan kasih sayang padanya,
  • Berikan hadiah-hadiah menarik meski kecil,
  • Sisihkan waktu Anda buat mereka (bukan sisa waktu Anda),

 Mama & adik Azvin

  • Penuhi kebutuhan uang mereka dengan bijaksana,
  • Berikan solusi atas masalah-masalah mereka,
  • Jadilah teman diskusi, teman bercanda, teman berdebat santai bagi mereka,

Mama & abang Almez
  • Jadilah orang tua (ayah, Ibu, kakek dan nenek, mungkin jadi paman dan bibi) yang penuh perhatian
  • Jadilah kakak atau adik yang perhatian dan penuh kasih sayang padanya,
Almez, Azvin, Teguh & Om Yohanes
Di mana Bapak? He he cukup jadi fotografernya aja.
Gunung Ijen, Jawa Timur

Sedikit lagi tips, uang dan harta benda bukan segalanya.  Jadi jangan ukur kasih sayang Anda dengan uang dan harta benda.  Lebih dari itu adalah sisihkan waktu untuk beribadah dan berdiskusi mencari keagungan Tuhan minimal sekali dalam sehari bersama-sama.

Maka Anda andalah the best father, mother, grandpa, grandma, sister or brother untuk dia. 

Bagaimana menurut Anda? Atau Anda punya pendapat lain?

Next, 
Bagaimana berpromosi pada perusahaan untuk peningkatan karir, jabatan dan penghasilan.

Salam

Zainal Abidin Partao

Senin, 12 September 2011

MENJUAL TANPA PERNAH DITOLAK. MUNGKINKAH?

Menjual Tanpa Pernah Ditolak adalah judul sebuah buku terkenal karya Dr. Maxwell Maltz, pendiri aliran Psycho-Cybernetics.  Sudah tidak terhitung berapa kali saya membacanya.  Buku ini mengupas kiat-kiat atau rahasia sukses dalam bidang penjualan dari sisi psiko-sibernetika atau psikologi citra diri.

Yang menjadi pertanyaan, ini mungkin menjadi pertanyaan Anda juga, “Sudah berapa banyak produk yang saya (Zainal) jual dan berapa banyak yang laku? Apakah semua yang saya (Zainal) jual pasti laku atau berhasil dijual?”

Anda perlu mengajukan pertanyaan itu kepada saya tentu karena ingin mendapatkan testimoni.  Jika terbukti bahwa saya bisa menjual apa saja dan semuanya laku karena telah membaca dan menerapkan buku itu, pasti Anda akan membelinya di toko buku atau memesannya dari toko buku online.

Buku Maxwell Maltz yang bila Anda searching di Google akan Anda ketahui diberi harga Rp 49.800 ini  jelas buku bagus, sangat bagus sekali.  Namun saya tidak berani berkata bahwa setiap produk yang saya jual pasti laku.

Karena itulah judul tulisan ini saya tambahkan kata “Mungkinkah?” Judulnya menjadi “Menjual Tanpa Pernah Ditolak.  Mungkinkah?

Jawabnya, “Mungkin.  Mungkin sekali.”  Yaitu apabila berbagai persyaratan yang mengikutinya telah terpenuhi.

Mengapa harus ada persyaratan untuk menjadikan itu mungkin?

Saya ingin memberi sebuah contoh kecil dan sederhana yang tidak bisa Anda bantah. 

Sebagai contoh, Anda saat ini telah memiliki sebuah mobil Toyota Avanza keluaran terbaru.  Di buku tabungan Anda, uang hanya tinggal tersisa sekitar Rp 30 juta yang Anda maintain dengan sangat cermat dan teliti agar saldonya tidak pernah kurang dari itu, untuk jaga-jaga.

Istri Anda yang juga bekerja, buku tabungannya juga sama.  Saldonya tinggal Rp 5 juta.  Ia baru saja membantu adiknya untuk masuk kuliah sehingga tidak mungkin menguras habis buku tabungannya, takut-takut si Putri, buah semata wayang perkawinan Anda butuh sesuatu yang perlu Anda penuhi sewaktu-waktu.  Apa tujuan berkeluarga selain ingin membahagiakan keluarga.  Tidak ada bukan?  Ya, Anda hanya ingin membahagiakan anak dan istri Anda.

Pada Suatu Sabtu Sore
Tiba-tiba, teman baik Anda datang mengunjungi Anda dan keluarga di suatu sore yang indah.   Anda dan istri, bahkan termasuk putri Anda, sudah sangat mengenal teman Anda ini karena baiknya.  Karena itu Anda menyambutnya dengan rasa hangat dan gembira. Anda sudah mengenal dia sejak masa SMA.  Dan Anda sendiri atau dia sendiri sudah tidak terhitung berapa kali menginap di rumah Anda atau di rumahnya ketika belum berkeluarga dulu.  Bedanya meski Anda dan dia di satu universitas, Anda masuk ke fakultas teknik jurusan arsitektur, sementara teman Anda ini masuk ke fakultas ekonomi dan bisnis jurusan marketing.

Dia lulusan terbaik di fakultasnya. Dia termasuk kutu buku. Dia sangat pintar berkomunikasi.  Bukankah ketika Anda merayu pacar Anda dulu yang kini jadi istri terkasih Anda, belajar merayunya dari teman Anda itu?  Itu harus Anda akui.

Dia datang ke rumah Anda sore itu bukan hanya sebagai teman tapi sebagai seorang pebisnis, seorang pemilik showroom mobil.

Teman Anda ini mungkin hanya selisih sedikit dari saya. Saya 1 kali lebih banyak membaca buku “Menjual Tanpa Pernah Ditolak” karya Dr. Maxwell Maltz tadi.

Karena itu, tentu Anda bisa membayangkan betapa hebatnya teman Anda itu.  Coba bandingkan.  Saya hanya lulusan S1 komunikasi, yang kadang diragukan kebenaran omongannya (alias tidak dipercayai omongannya, alias orang yang omongannya dinilai lebih banyak bohongnya dari pada benarnya). Sebaliknya dengan teman Anda, Ia adalah ahli marketing yang selalu dapat dipegang kata-katanya.  Pasti Anda lebih mempercayai dia dibanding saya.  Itu saya yakin.

Tapi bukan itu pokok masalahnya. 

Pokok masalahnya, teman Anda yang ahli marketing dan telah 30 kali katam buku Maxwell Maltz ini melihat, mobil Anda baru satu, Toyota Avanza.  Masih perlu satu lagi untuk istri tercinta.  Karena itulah dia datang ke rumah Anda di saat Anda, istri dan Putri ada di rumah.  Sabtu adalah waktu yang ideal.  Dia masih ingat, Sabtu sore adalah hari yang Anda senangi karena bisa menghirup teh manis sambil menyantap goreng pisang didampingi istri Anda yang cantik manis dan Putri yang kerap membuat gemas orang yang melihatnya.  

Teman Anda menawarkan mobil Honda Jazz varian terbaru untuk membantu istri Anda agar mobilitasnya bisa lebih tinggi.  Jarak rumah ke kantor pun menjadi lebih singkat dengan kehadiran Honda Jazz ini.

Teman Anda mengeluarkan seluruh jurus penjualannya, menggali dan mengingat kembali setiap sudut halaman buku marketing yang telah dibacanya, mulai dari tulisan Philip Kotler, Francis Buttle, Terence A. Shimp, Joe Conrad Levinstone, dan sebagainya.  Dia yakin, Anda tidak akan mungkin menolak.  Penolakan hanya akan membuat Anda merasa berdosa padanya, dan juga pada istri dan anak Anda.

Ia juga memaparkan berbagai opsi sistem pembayaran mulai dari yang kontan (yang tentu saja tidak mungkin Anda penuhi, mengingat kondisi cash flow Anda yang telah mencapai titik kritis tadi), sistem kredit untuk 1, 3 hingga 5 tahun berikut program promosinya, mulai dari program cashback, program promo berhadiah sepeda motor, dan banyak sekali janji promosi lainnya.

Singkat kata, apakah Anda lalu menyetujui tawarannya, mengambil ballpoint dan menandatangani tanda persetujuan pembelian secara kredit?

Saya yakin jawaban Anda adalah jelas. “TIDAK”.  “Bodoh apa saya?” tambah Anda. 

Anda Tidak Bodoh
Sudah tentu Anda tidak bodoh.  Saya acungin jempol untuk ketegasan Anda mengambil keputusan membeli atau tidak membeli didasarkan pertimbangan rasional.  Bukan karena pertimbangan pertemanan, kasihan atau apapun.

Lalu apakah teman Anda itu bodoh, sehingga gagal menjual Honda Jazz pada Anda?  Jawabannya sama, jelas TIDAK.

Lalu siapa yang bodoh?  Dr. Maxwell Maltz?  Jika Anda mengatakan Dr. Maxwell Maltz bodoh, justru saya yang akan marah kepada Anda.  Saya pengagum berat Dr. Maxwell Maltz.  Banyak buku-bukunya yang sudah saya baca.  Dan saya yang dulunya orang desa, orang udik, yang cara berpikirnya ya udik, banyak berubah karena terbantu oleh karya-karyanya. 

Saya lulus S1 dan S2 dan kini mengajar di PT ternama, saya harus akui pola pikir saya banyak terinspirasi oleh pemikiran-pemikiran Dr. Maxwell Maltz.  Dalam saya memotivasi mahasiswa pun saya banyak mengadopsi dari pemikiran-pemikiran Dr. Maxwell Maltz.

Lalu apakah Dr. Maxwell Maltz salah dalam menulis judul buku dan salah juga dalam mengembangkan tulisannya?  Juga tidak salah.  Yang kurang dari tulisan itu adalah kata “MUNGKINKAH?”

Itulah sebabnya dalam tulisan ini saya tambahkan kata “MUNGKINKAH?”

Jadi, jawaban atas pertanyaan menjual tanpa pernah ditolak, mungkinkah?  Jawabnya mungkin.  100 persen mungkin jika persyaratan yang mengikutinya dipenuhi.

Apa saja persyaratan yang mengikutinya?

Nanti kita bahas panjang lebar, ya? 

Jika Anda penasaran dan enggak sabar, boleh juga email ke saya.

Salam


Zainal Abidin Partao