"Orang yang memberi dengan sebuah senyuman adalah pemberi yang terbaik karena Tuhan mengasihi seorang pemberi yang penuh keriangan."
- Ibu Teresa
- Ibu Teresa
Ketika pagi ini Anda memutuskan akan ke Indomart atau ke Alfamart, atau mungkin ke Carefour sekalian karena banyak yang harus dibeli, apa yang ada dalam benak Anda?
Tentu Anda berkalkulasi mulai dari uangnya cukup atau tidak, ada lagi yang mau dibeli atau tidak, dan untuk ayah atau ibunya anak-anak apa ada kebutuhan yang masih harus dicukupi, dan sebagainya dan sebagainya.
Lalu Anda mengendarai kendaraan Anda atau Anda menggunakan angkutan umum ke sana.
Ketika memasuki Indomart, Alfamart, atau Carefour, apa yang Anda harapkan pertama kali? Pasti ada banyak hal yang muncul di benak Anda. Namun satu hal yang saya kira pasti, di atas semua kebutuhan Anda tadi, Anda mengharapkan adanya layanan petugas toko yang ramah disertai senyum manis.
Sebuah harapan yang simpel sebetulnya. Bukan pelayanan yang sulit. Untuk memberikannya pun tidak membutuhkan biaya ataupun energi.
Tapi dari semua toko itu, selama ini, seringkah atau selalukah Anda mendapatkan senyum seperti yang Anda harapkan? Saya yakin jarang, jarang sekali. Itulah kenyataan yang ada di Depok ini.
Tapi sebetulnya bukan hanya di Depok saja. Tapi di seluruh Indonesia. Bukan hanya di Alfamart, Indomart atau Carefour saja, tapi si semua toko yang kita belum kenal dengan baik pelayannya.
Apa sih susahnya memberikan senyuman? Saya kira pemilik toko sudah capek memberikan arahan agar para karyawannya melayani dengan senyuman. Tapi kenapa masih susah memberikan senyuman pada para pelanggan yang sesungguh justru dia yang menggaji para pelayan ini. Bukan bosnya atau pemiliknya. Bosnya cuma meminjamkan tangan untuk menghitung uang dan memberikannya ke para karyawan ini.
Pembaca yang budiman. Tiga hal yang saya tahu yang perlu saya tularkan pada Anda. Pemilik wajah tidak menyadari tentang kebutuhan Anda mengenai senyumannya. Dan dia tidak tahu dengan wajah asemnya, dia sudah merendahkan dirinya sendiri. Menjatuhkan dirinya sendiri dari tempat yang agung ke tempat yang hina.
Kedua, pemilik juga tidak peduli. Selama ada pengunjung yang beli, ada uang yang masuk, ia merasa senyuman pegawainya memang tidak wajib. Jadi yang pertama dan kedua ini mengapa Anda pusingin? Mengapa menyiksa diri Anda? Mengapa Anda membiarkan diri Anda rusak oleh sakit hati atau amarah yang seharusnya bisa Anda hindari?
Ucapan Bunda Teresa tadi mari kita renungkan. Mari kita ganti. Jangan harapkan pelayan toko mendahului memberikan senyuman. Andalah yang mendahului memberikan senyuman. Anda akan bebas, jauh dari sakit hati, jauh dari sakit jantung, dan Anda akan tetap bahagia. Kedua, senyuman sama seperti dengan Anda menguap, atau sama seperti ketika Anda membersihkan mata Anda, akan diikuti oleh lawan bicara Anda. Senyum Anda akan dibalas senyum si pelayan toko. Dan Tuhan mengasihi Anda.
Bagaimana pendapat Anda?